Senin, 25 April 2011

masihkan ada Alloh dihati kita

MASIHKAH ADA RABB DI HATI KITA


Sahabat, sekali cobalah lihat

Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar

Sahabat, sekali cobalah tatap

Tataplah pada gaun yang putih lagi bersih
Berbalut sutra

Dan wangi percikan parfum Jerman



Lihatlah pada kemilau

Kilatan biru Dr Marten

Yang menginjak permadani

Dalam racik Giovanni



Digenggamnya Alkitab

Pada sisi kanan jasad

Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat

Ditentengnya Alkitab

Menyusuri tapak demi tapak

Meniti jalan hingga bebatuan



Dan berkumpul pada sebuah misa

Lantunkan pujian bagi para dewa

Jasad yang tegak berdiri menancap bumi

Bersimbah kukuh dan harap peluh

Berteman kesegaran Edenia

Terus berteriak lantang

Untuk keagungan sang penebus dosa



Larut dalam melodi

Hanyut dalam simponi

Sejuk dalam harmoni

Ketukan Bethoven yang membuka hari

Penuh kesahajaan

Lekat dalam kecintaan

Pada grafiti dan lukisan

Pada ciptaan yang dianggapnya: tuhan

 

Diiringi Cerita hebat sang pendeta

Yang berteriak dahsyat dari singgasana

Putar balikkan fakta turutkan nafsunya

Orasikan ayat-ayat yang baru saja diciptanya

Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja

Hingga berguncang seluruh jiwa

Hingga tumbang oaks di tepi sahara

Membahana pada tiap lekuk dunia



Sedangkan kita.

Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat kita basuh

Tanpa peduli pada hati yang belum sempat kita sentuh

Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya menyapa subuh

Kita raih secarik sarung lusuh



Mulai beranjak pada air wudu

Dalam ketergesaan yang memburu

Karena ikamah telah berkumandang menembus kalbu



Saat kemudian sang imam

Lantunkan indahnya surah Arrahmaan

Pada rakaat yang penghabisan

Begitu sejuk

Begitu damai

Begitu mesra

Begitu cinta

Begitu iba

Dan begitu khusyuknya kita

Nikmati air liur yang kembali kita sembur

Lanjutkan indahnya kembang tidur



Oh indahnya subuh

Yang selalu dihiasi wewangian

Aroma petai jengkol dan juga bakwan

Oh indahnya subuh

Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur



Dan

Alquran yang begitu mulia

Terus menangis terhimpit luka



Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari
Tanpa pernah disentuh sama sekali
Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci

Tanpa pernah dicari ke mana lembar itu pergi



Dan

Alquran yang begitu mulia
Terus merintih tertimbun nestapa


Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam

Tertindih sapu tangan dan kaus kaki

Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya

Tertumpah aqua dan tergores pena

Mushaf suci itu hampir kehilangan kesuciannya

Berteman buku dan majalah penuh cerita nista



Dan

Alquran yang begitu mulia

Terus meratap terkubur lara



Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan

Karena bersembunyi di balik punggung

Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan

Karena berdiri di balik sarung legam



Seekor keledai

Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari

Berhias peluh dan daki

Seekor keledai

Ternyata tak jua mampu pahami arti

Meski dikaruniai akal

Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal



Sahabat

Kita bukan tidak mengerti

Kita bukan tidak pahami

Tapi karena memang cinta kita untuk-Nya

Begitu apa adanya

Dan tak ada apa-apanya

Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita



Kita mengaku menyukai-Nya

Tapi kita lebih suka dengan apa yang dibenci-Nya

Kita mengaku mencintai-Nya

Tapi kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya



Cinta kita begitu sederhana

Tapi kita terus panjatkan dengan pinta

Kasih kita tidak ada apa-apanya

Tapi kita terus pintakan keindahan surga-Nya



Kita bukan tidak tahu.

Cara terbaik mencintai-Nya

Kita bukan tidak tahu.

Kiat terbaik membahagiakan-Nya

Tapi

Kita memang enggan melakukannya



Karena

Begitu cintanya kita pada dunia

Karena

Kita tak ingin kematian itu menghampiri kita





RENUNGKANLAH WAHAI SAHABAT

sumber : e-book
--------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar